Sabtu, 26 April 2014

Buku Analisis Multivariate dengan program SPSS 21 Update PLS Regresi

Saya membantu bagi kawan-kawan sedang skripsi utamanya ataupun siapapun yang membutuhkan buku sakti analisis multivariate dengan program SPSS 21 update PLS Regresi karangan Prof. Dr. H. Imam Ghozali., M.Com., Akt



dengan harga Rp 123.000 kawan-kawan sudah mendapatkan buku sakti dengan edisi terbaru ini. Untuk reseller atau yang membeli lebih dari 10 buku ada diskon khusus.

Judul: Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi Edisi 7

Pengarang: Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M.Com., Akt.

Penerbit: BP Universitas Diponegoro

Halaman: xiv+432

Bonus: CD data, latihan dan software pendukung

Daftar Isi:

Bab1 : Skala Pengukuran dan Metode Analisis Data

Bab 2: Pengenalan Program SPSS, Aplikasi Statistika Deskriptif dan Uji Beda T-Test

Bab 3: Data Screening dan Transpormasi Data

Bab 4: Uji Reliabilitas dan Validitas Suatu Konstruk Atau Konsep

Bab 5: Uji Beda T-Test, Analysis of Variance (ANOVA), Analysis of Covariance (ANCOVA), Dan Multiple Analysis of Variance (MANOVA)

Bab 6: Analisis Regresi

Bab 7: Uji Asumsi Klasik

Bab 8: Regresi Dengan Uji Asumsi Klasik, Variabel Dummy dan Chow Test

Bab 9: Model Regresi dengan Bentuk Fungsional

Bab 10: Model Regresi Moderasi/Moderated Regression Analysis (MRA)

Bab 11: Regresi Dengan Variabel Mediator Atau Intervening, Analisis Jalur Path (Path Analysis)

Bab 12: Regresi Dengan Variabel Moderator dan Mediator (MODMED)

Bab 13: Analisis Diskriminan

Bab 14: Logistic Regression

Bab 15: Korelasi Kanonikal (Canonical Correlation)

Bab 16: Analisis Conjoin

Bab 17: Analisis Faktor

Bab 18: Analisis Kluster (Cluster Analysis)

Bab 19: Regresi Partial Least Squares (PLS)

Jumat, 25 April 2014

Wesel Tagih


Jurnal Untuk Transaksi Wesel Tagih
Wesel tagih atau Piutang wesel merupakan bentuk piutang atau klaim perusahaan atas perusahaan lain untuk menerima pembayaran di masa mendatang yang mana wesel tersebut dibuat oleh debitur atau yang berhutang dalam bentuk formal atau kertas yang berisikan jumlah pokok yang harus dilunasi oleh pihak yang membuat wesel atau pihak yang berhutang, tingkat bunga yang dibayarkan, dan tanggal jatuh tempo wesel tersebut

Contoh Jurnal Untuk Transaksi Wesel Tagih:
Perusahaan Aida menggunakan metode cadangan/penyisihan (allowance method] atas piutang tak tertagih. Beberapa transaksi yang dilakukan perusahaann sebagai berikut:
·    


     28 januari: Menjual barang dagangan secara kredit kepada PT Braggi senilai Rp39.000, HPP Rp25.000
Piutang usaha                    39.000
                Penjualan                            39.000
HPP                                        25. 000
                Persediaan                         25. 000
[Untuk mencatat penjualan barang dagang secara kredit]
·       

  1 Maret: Menerima wesel tagih 90 hari, bunga 12% pertahun senilai Rp.39. 000 dari PT Braggi atas penjualan tanggal 28 Januari
Piutang Wesel-PT Braggi                               39. 000
                Piutang Usaha                                                   39. 000
[Untuk mereklasifikasi piutang usaha menjadi piutang wesel, dimana secara otomatis muncul piutang wesel dan menghapus piutang usaha]
·        


      3 Maret: Menghapus piutang PT Gelar sebesar Rp.10. 000yang dianggap tidak tertagih
Cadangan piutang tak tertagih                   10. 000
                Piutang usaha                                                    10. 000
[untuk mencatat penghapusan piutang tak tertagih]
·         


   1 April: Meminjamkan uang kpd Joni sebesar Rp.8.000 dan menerima wesel tagih 60 hari, bunga 14% per tahun
Piutang wesel-Joni          10. 000
                Kas                                         10. 000
[untuk mencatat wesel tagih atas peminjaman uang ke Joni]
·        
   21 April: Mencatat kembali piutang PT gelar yang telah dihapus tanggal 3 Maret, dan menerima kas atas pembayaran piutang tsb sebesar 10. 000
Piutang usaha                                            10. 000
        Cadangan piutang tak tertagih                   10. 000
[pemulihan piutang yang diannggap dapat ditagih kembali]
Kas                                 10. 000
        Piutang usaha                    10. 000
[mencatat pelunasan piutang]
·    
     1 Juni: PT Bragi tidak dapat menepati untuk membayar wessel tagih
Piutang usaha                                                            40.170
        Piutang wesel                                                                                                    39.000
        Pendapatan bunga[12%x90/360x10.000]                                               1.170
[mencatat pendapatn bunga karena perusahaan masih menganggap masih ada komitmen dari PT Braggi yaitu pihak yang berhutang untuk melunasi utangnya sehingga diakui sbg pendapatan, dan mereklasifikasi piutang wesel menjadi piutang usaha karena piutang wesel tsb sudah jatuh tempo]
·    
     1Juni: menerima pembayaran wesel tagih dari Joni
Kas                                                                                         8.187
                Piutang wesel-Joni                                                                          8.000
                Pendapatan bunga[14%x60/360x8.000]                                 187
[mencatat pelunasan piutang wesel dan penerimaan pendapatan bunga]

· 31 Desember:  Diperkirakan 2% dari penjualan kredit per 31 desember sebesar Rp 900. 000 dianggap tidak tertagih
Beban kerugian piutang tak tertagih                        900. 000
                Cadangan piutang tak tertagih                                                   900. 000
[mencatat estimasi cadangan untuk piutang tak tertagih dan kerugiannya]

Beban kerugian piutang diakui terlebih dahulu [prinsip konservatisme/prudence] karena akun tersebut merupakan bagian dari komponen laporan keuangan laba rugi komprehensif  sehingga ktika piutang tersebut benar-benar tidak dapat ditagih dan dihapus pada tahun berikutnya tidak mengganggu laba rugi tahun ketika beban kerugian piutang tsb dicatat misal 2012, karena misal ketika tahun 2013  ada piutang yang sudah dicadangkan tsb tidak dpt ditagih maka hanya merubah akun neraca saja yaitu cadangan piutang tak tertagih terhadap piutang usaha

Selasa, 16 Juli 2013

Pengenaan PPh atas Usaha dengan Omzet Tertentu (UMKM)

Pengenaan PPh atas Usaha dengan Omzet Tertentu

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak, akan dikenai pajak dengan tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final sebesar 1% (satu persen). Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 tentang PPh atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu, yang terbit tanggal 12 Juni 2013 dan mulai berlaku sejak 1 Juli 2013.
Dalam PP tersebut diatur juga tentang kriteria Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang tidak dapat memanfaatkan aturan ini, yaitu :
a) Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan, contohnya adalah: pedagang makanan keliling, pedagang asongan, warung tenda di trotoar dan 
sejenisnya;
b) Wajib Pajak Badan yang belum beroperasi secara komersial atau dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh omzet melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

Selain itu, juga diatur bahwa Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang digunakan untuk menghitung PPh final ini adalah omzet setiap bulan. Artinya, setiap bulan, Wajib Pajak akan membayar PPh final sebesar 1 (satu) persen dari omzet bulanannya.Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 ini bertujuan memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya.

Sabtu, 06 April 2013

UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS SUATU KONSTRUK ATAU KONSEP

UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS SUATU KONSTRUK ATAU KONSEP Pada penelitian di bidang ilmu sosial seperti psikologi, manajemen dan ilmu sosial lain umumnya variabel-variabel penelitiannya dirumuskan sebagai sebuah variabel laten atau un-observed atau sering disebut konstruk, yaitu variabel yang tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dibentuk melalui indikator-indikator yang akan diamati. Biasanya indikator-indikator tersebut diamati dengan menggunakan kuesioner atau angket yang bertujuan untuk mengetahui pendapat responden mengenai suatu hal, seperti misal LEMBUR Skala yang sering dipakai adalah skala ordinal atau sering disebut skala LIKERT, yaitu skala yang berisi lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan sebagai berkut : 1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Netral atau ragu-ragu 4 = Setuju 5 = Sangat setuju Sangat setuju mempunyai tingkat preferensi yang lebih tinggi dari setuju, begitupun selanjutnya. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang atas pertanyaan adalah konsisten, stabil, dari waktu ke waktu. Di misalkan konstruk LEMBUR yang diukur dengan 4 indikator LEMBUR1, LEMBUR2, LEMBUR3, LEMBUR4. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel bila memiliki nilai Cronbachs Alpha > 0,70 ( Nunnally, 1994) Data dapat di download Output sebagai berikut Memberikan Cronbach Alpha sebesar 74,6 % menunjukkan konstruk Lembur reliabel. Untuk menguji Validitas Uji r N= 30 df= N-2 =30-2=28 Dengan nilai r table = 0,3061 Semua indikator Lembu1 sampai Lembur 4 menunjukkan nilai Corrected Item –Total Correlation semuanya diatas nilai r table. Dengan demikian semua indikator dapat disimpulkan valid Uji t Ambil sembarang r hitung , misal 0,441 Kemudian hitung nilai t hitung t=r/(√(1-r²)/(N-2)) Hasil t hitung = 2,6000 T table pada alpha= 0,05 df=30-2=28, nilai t table=1,7001 Karena thitung>t table maka H0 tidak dapat ditolak atau r berkorelasi positif aatau indikator Lembur1 adalah valid

Sabtu, 23 Maret 2013

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan


Standar Akuntansi Keuangan ( SAK) memuat Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) yang diadopsi dari Conceptual Framework IASC. KDPPLK secara spesifik membahas :
  • tujuan laporan keuangan
  • karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan
  • definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan
  • konsep modal dan pemeliharaan modal  
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
KDPPLK menyatakan tujuan laporan keuangan adalah "menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan" (paragraf 12)
Oleh karena itu, menurut KDPPLK, tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan.

KARAKTERISTIK KUALITATIF
Agar laporan keuangan dapat menyediakan informasi yang berguna bagi pembuat keputusan. KDPPLK mengharuskan informasi yang didalamnya memiliki 4  karakteristik kualitatif, yaitu:
  • Dapat dipahami
  • relevan
  • keandalan
  • diperbandngkan
a. Dapat dipahami
KDPPLK mengharuskan semua informasi yang diberikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh banyak pengguna. Namun demikian,bukan berarti informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dimasukkan dalam laporan keuangan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh pengguna tertentu.

b. Relevan dan Dapat Diandalkan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan dan harus dapat diandalkan. keandalan laporan keuangan meliputi ciri-ciri, yaitu:
  1. Penyajian yang jujur
  2. Netralitas
  3. Substansi mengungguli bentuk
  4. pertimbangan sehat
  5. kelengkapan
c. Dapat dibandingkan
Laporan keuangan harus dapat diperbandingkan dengan waktu dan tempat tertentu agar bermanfaat bagi pengguna. Misalnya, jika laporan keuangan sebuah perusahaan tidak dapat dibandingkan dengan waktu sebelumnya (karena dibuat dengan menggunakan standar pengukuran, sedangkan dampaknya tidak diungkapakan), maka bahkan jika laporan laba rugi komprehensif tahun pertama menunjukkan untung sebesar 15 juta, sedangkan tahun kedua 25 juta, para pengguna tidak bisa mengetahui apakah kinerja perusahaan mengalami peningkatan atau tidak.

KDPPLK mengakui bahwa terdapat beberapa situasi konflik diantara karakteristk-karakteristk kualitatif. Misalnya, sebuah perusahaan membeli sebidang tanah pada tahun 20X1 seharga 80 juta dan nilai pasar tersebut pada tahun 20X7 sebesar 100 juta, maka timbul pertanyaan apakah tanah tersebut harus disajikan di laporan keuangan tahun 20X7 sebesar 80 juta atau 100 juta. Historical cost (biaya historis/perolehan) sebesar 80 juta dapat diandalkan, namun tidak relevan bagi para pengguna ( misal ,investor, atau kreditor ingin mengetahui nila pasar tanah tsb saat ini bukan biaya historisnya). Nilai pasar saat ini 100 juta dapat relevan bagi pembuatan keputusan, namun tidak dapat diandalakan (teknik estimasi yang berbeda akan menghasilkan nilai pasar yang berbeda). Dalam situasi ini, KDPPLK mengharuskan suatu perusahaan agar berupaya mencapai keseimbangan yang sesuai di antara karakteristik kualitatif guna mencapai tujuan laporan keuangan.


UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN
  • Aset
  • Liabilitas
  • Ekuitas
  • Pendapatan 
  • Beban
Aset
Aset didefinisikan sebagai sumber daya yang dikuasai sebuah entitas sebagai hasl dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi masa depan diharapakan mengalir ke entitas. Oleh karena, sumber daya yang dikuasai, meskipun tidak dimliki, harus dianggap sebagai aset. Contoh, sebuah entitas harus menyertakan kendaraan bermotor yang diperoleh lewat perjanjian sewa beli atau mesin yang disewakan lewat perjanjan sewa dapat diperlakukan dengan ketetapan PSAK 30 sebagai aset

Liabilitas
merupakan kewajiban saat ini sebagai hasil dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya mengakibatkan arus keluar suberdaya yang mengandung manfaat ekonomi. Suatu kewajban dapat berupa kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif

Ekuitas
merupakan hak residual aset dikurangi semua liabilitas.

Pendapatan
Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dikenal atau disebuut ,seperti penjualan, pendapatan jasa, bunga, dividen, royalti,sewa. Sedangkan penghasilan mencerminkan pos lainnya, misalnya penjualan aset tetap.

Beban
Beban mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa


Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui,jika:
  • Besar kemungkinan manfaat ekonomi mengalir masuk ke dalam perusahaan
  • Nilai atau biaya dapat diukur secara andal

KONSEP MODAL DAN PEMELIHARAAN MODAL
Konsep pemeliharaan modal amat pentng bagi pengukuran laba. Menurut Hick,seorang ekonom, laba adalah jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi oleh sebuah entitas dalam suatu perode, namun kekayaan di akhir perode sama dengan awal periode. 

KDPPLK menyebut dua cara mengukur dan memelihara posisi awal,yaitu:
  • Modal keuangan
  • Moal fsik
Untuk menilustraskannya , anggap 1 januari 20X1 PT ABC mempunyai uang tuan Rp100.000 dan segera digunakan untuk membeli persediaan sebesar Rp150.000 lalu menjualnya pada tahun tsb pula
 Pada tanggal 31 Desember 20X1,uang tunai yang dimiliki PT ABC sebesar Rp150.000. Namun pada tanggal itu, persediaan yang sama bernila Rp120.000. Untuk mengukur jumlah laba untuk tahun 20X1 , Menurut Hicks, posisi awal harus dipelihara.Jika "modal keuangan" hendak dipelihara ,maka harus menyisihkan uang tunai sebesar Rp100.000,sedangkan kelebihan Rp50.000 merupakan jumlah laba. Jika "modal fisik" hendak dipelihara, maka PT ABC harus menyisihkan uang tunai sebesar Rp120.000 untuk membeli persediaan (agar memiliki kekayaan yang sama dengan memilikipersediaan yang sama), sedangkan laba sebesar Rp30.000

Rabu, 20 Februari 2013

Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi Bank


Untuk kas di bank setiap akhir periode dibuat rekonsiliasi antara saldo kas menurut rekening bank ( rekening koran ) dan saldo kas pencatatan entitas. Tujuan rekonsiliasi adalah untuk mencocokkan antara pencatatan di entitas dan di pencatatan kas yang dilakukan oleh bank yang mengelola uang entitas. Rekonsiliasi dapat mengurangi potensi timbulnya kesalahan pencatatan dan juga potensi hilangnya uang entitas.

Secara umumpenyebab terjadinya perbedaan saldo antara pencatatan menurut bank dan entitas adalah sebagai berikut:

  1. Penerimaan yang dlakukan oleh bank namun belum diketahui oleh entitas, Misalnya seorang pelanggan melakukan pelunasan utangnya dengan mentransfer ke rekening bank namun belum diberitahukan pada entitas. Atas penerimaan ini harus ditambahkan pada saldo kas menurut catatan entitas. Jurnal penyesuaian dilakukan dgn mendebitkan kas dan sisi kreditnya adalahh piutang usaha
  2. Penerimaan yangg dilakukan oleh entitas namun belum disetorkan atau sudah disetorkan namun belum nampak dalam rekening koran. Misal setoran dari penjualan tgl 31 Januari baru disetorkan 1 Februari, sehingga baru nampak pada rekening koran pada bulan februari. Karena sudah dicatat oleh entitas sehingga tidak perlu membuat jurnal penyesuaian,
  3. Pengeluaran yang dilakukan oleh Bank namun belum diketahui oleh entitas (Transaksi Auto), Misalnya biaya administrasi bank, biaya pelayanan bank, pembayaran angsuran dan beban telepon yang dilakukan dgn menggunakan autodebet dari rekening bank.. Jurnal penyesuaian yang di perlukan dgn mendebet Biaya administrasi(atau akun lainnya tergantung transaksinya) dan kas pada sisi kredit
  4. Pengeluaran yang telah dikeluarkan entitas namun belum diambil oleh penerima cek. Misal entitas melakukan pengeluaran dgn menerbitkan cek, ada kalanya penerima cek tidak langsung mencairkan cek tsb. Cek yang telah dikeluarkan namun belum dkeluarkan penerima cek disebut cek beredar (outstanding check). Tidak diperlukan jurnal penyesuaian karena entitas telah mencatat transaksi tsb.
  5. Kesalahan mencatat dapat terjadi oleh bank atau entitas. Jika kesalahan tsb dilakukan entitas maka dilakukan penyesuaian oleh entitas untuk membetulkan kesalahan tersebut, Jika kesalahan oleh bank, maka entitas melaporkan kpd bank untuk melakukan koreksi pada periode berikutnya.
Contoh Kasus:
Pada tanggal 31 Januari 2013, Geys Co. mempunyai saldo kas Rp. 6.140.000. Laporan dar Bank Fahmi Akbar pada tgl tsb menunjukkan saldo kas sebesar Rp. 7.695.800. Data untuk rekonsiliasi bank sebagai berikut:
  1. Biaya administrasi bank bulan Januari adalah Rp. 25.000
  2. Bank berhasil menagih piutang wesel untuk Geys Co. yang nominalnaya Rp. 1.800.000 pada tanggal 13 Januari, ditambah bunga sebesar Rp. 30.000. Biaya jasa bank untuk transaksi tsb adalah Rp. 10.000
  3. Setoran Geys Co. pada 31 Januari Rp 1.193.000, tidak tercatat dalam laporan bank
  4. Cek Geys Co. No. 6375 yang diterbitkan untuk Nano, seorang kreditor senilai Rp. 384.000 telah salah dicatat dalam jurnal pengeluaran sebesar Rp. 348.000
  5. Cek beredar pada 31 Januariberjumlah Rp. 1.480.100
  6. Laporan bank menunjukkan adanya NSF (Non Sufficient Fund) / Cek kosong Rp. 490.000 atas cek yang diterima entitas dari Viga Co.  

Geys Co.
Rekonsiliasi Bank Fahmi Akbar
tertanggal 31 Januari 2013

Saldo per laporan Bank                                                              7.695.800
+/+      Setoran dalam Perjalanan                                               1.193.300
           

-/-      Cek beredar                                                                      1.480.100
                                                                                                   7.409.000

                                                                                     



Saldo per laporan Entitas                                                           6.140.000
+/+     Pelunasan piutang              1.800.000
           Pendapatan bunga                   30.000                             1.830.000
                                                                                                   7.970.000

-/-       Biaya administrasi                   25.000
           Biaya jasa bank                        10.000
           Kesalahan pencatatan cek        36.000
           NSF Check                             490.000                                561.000
                                                                                                     7.409.000

Selasa, 19 Februari 2013

ASET DAN LIABILITAS

ASET DAN LIABILITAS (PSAK 1)



Aset : Sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi tersebut di masa depan diharapakan diperoleh entitas.
Aset terdiri dari:
1. Aset lancar
    Menurut PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan, Aset di kategorikan ebagai Aset Lancar, jika:
  * Aset di harapkan dapat direalisasikan, atau terjual, atau digunakan dalam siklus operasi normal
  * Aset yg dimiliki dgn tujuan untuk diperdagangkan
  * Aset yg diharapakan akan terealisasi dalam jangka waktu 12  bulan setelah periode pelaporan
  * Berupa kas dan setara kas, kecuali yang dibatasi pertukaran atau penggunaaannya untuk                  menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan

    Siklus operasi entitas merupakan jangka waktu antara perolehan aset untuk pemrosesan dan realisasinya menjadi kas atau setara kas. ketika siklus operasi normal entitas tidak diidentifikasikan secar jelas , maka diasumsikan selama dua belas bulan.
      Contoh aset lancar antara lain kas,piutang persediaan,investasi jangka pendek, dan biaya di bayar dimuka dll. Pengklasifikasian terpisah antara aset lancar dan tidak lancar akan menunjukkan bagaimana suatu aset difungsikan dalam entitas. Contohnya, sebuah mobil bagi dealer mobil merupakan persediaan (aset lancar) karena mobil merupakan barang dagang. Sedangkat umumnya bagi jenis entitas lain digunakan untuk alat pemasaran sehingga diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar.
2. Aset Lancar
Aset yang tidak memenuhi 4 definisi aset lancar . Aset tidak lancar :
  1. Investasi jangka panjang                                                                                                    Biasanya mencakup beberapa bentuk, baik berbentuk investasi dalam obligasi dan saham atau investasi dalam bentuk dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund).
  2. Aset tetap                                                                                                                                          Aset berwujud yang digunakan dalam operasi entitas,misalnya tanah , mesin,dan furniture
  3. Aset tak berwujud                                                                                                                            Aset tanpa wujud fisik yang bukan berbentuk instrumen keuangan, misalnya hak paten, copyright( hak cipta), franchise(waralaba), dan goodwill
  4. Aset lain yang bersifat tidak lancar                                           
          Contohnya: piutang jangka panjang dan biaya dibayar dimuka jangka panjang


Liabilitas : Kewajiban saat ini yang timbul akibat peristiwa masa lalu , yang penyelesaiannya mengakibatkan arus keluar sumber daya entitas yang mengandung manfaaat ekonomi

Liabilitas diklasifikasikan sebagai Liabilitas Jangka Pendek jika ( PSAK 1) :
  1. Liabilitas diharapkan akan diselesaikan dalam siklus operasi normalnya
  2. liabilitas yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan (misalnya instrumen derivatif)
  3. liabilitas tsb jatuh tempo untuk diselesaikan dlm jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan
  4. entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan
Contoh liabilitas jangka pendek antara lain utang dagang, biaya akrual untuk kaaryawan,atau biaya operasi lain yang merupakan bagian modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal.

Liabilitas yang tidak termasuk 4 kategori diatas, diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang.
Liabilitas jangka panjang biasanya mencakup:
  1.  Liabilitas yang berasal dari pembiayaan, seperti penerbitan obligasi, utang sewa guna usaha, dan untang bank jangka panjang
  2. liabilitas yang berasal dari kegiatan operasi, seperti kewajiban pensiun, dan kewajiban pajak ditangguhkan
  3. liabilitas yang bergantung pada terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa di masa depan, seperti provisi untuk kewajiban garansi



Blog Akuntansi